Saham Persiba Tidak Dijual Terbuka

Meski sudah resmi membentuk PT dengan nama PT. Persiba Utama jaya PUJ), namun kepemilikan saham selanjutnya tidak akan dijual secara terbuka kepada umum. Hal demikian sebagaimana yang diungkapkan oleh Direktur Utama PT. PUJ, Wikan Werdho Kesworo kepada Harian Jogja sesaat setelah pertandingan uji coba Persiba lawan PS Melati Muda di Stadion Sultan Agung, Sabtu (13/8).

Dalam penjelasannya Wikan menekankan, alasan tidak dijualnya kepemilikan saham secara terbuka kepada umum dalam waktu dekat ini sangat beralasan. Hal tersebut karena PT. PUJ sendiri bukanlah sebuah badan usaha riil yang produknya jelas. Jadi menurutnya sangat tidak efektif apabila dalam waktu dekat ini penjualan sahamnya ditujukan secara terbuka kepada umum. Walaupun nantinya setelah dikondisikan dengan perkembangan tidak menutup kemungkinan pula kalau saham itu memang harus dijual kepada umum.

Saham Persiba Tidak Dijual Terbuka

“Harus diingat bahwa bentuk PT yang dimiliki oleh Persiba ini berbeda dengan bentuk PT yang memiliki usaha uyang berwujud. Jangan disamakan dengan badan usaha yang menjual sahamnya secara terbuka, PT yang usahanya bergerak di bidang manufaktur misalnya. Sangat jauh lah perbedaannya, jadi kita harus dapat memilahnya,” terang Wikan.

Apa yang disampaikan Wikan tersebut berbeda dengan apa yang diinginkan oleh komisaris PT. PUJ, Hanung Rahardjo beberapa hari yang lalu. Dalam kesempatannya Hanung mengharapkan semua pihak yang ada di Bantul dapat berpartisipasi aktif dalam rangka kepemilikan saham di PT. PUJ. Hal itu juga tidak menutup kemungkinan elemen suporter Paserbumi sekali pun dapat ikut memiliki saham di PT. PUJ.

Tipe Nokia Harga Baru Harga Bekas Jual Kembali
Nokia Lumia 920 Rp. 6.150.000 Rp. - Rp. -
Nokia Lumia 820 Rp. 4.850.000 Rp. - Rp. -
Nokia Lumia 900 Rp. 4.100.000 Rp. - Rp. -
Nokia Lumia 800 Rp. 2.250.000 Rp. - Rp. -
Nokia Lumia 710 Rp. 1.750.000 Rp. - Rp. -
Nokia Lumia 620 Rp. 2.550.000 Rp. - Rp. -
Nokia Lumia 610 Rp. 1.500.000 Rp. - Rp. -
Nokia Lumia 510 Rp. 1.500.000 Rp. - Rp. -
Nokia Lumia 700 Rp. - Rp. 1.400.000 Rp.    750.000
Nokia PureView 808 Rp. 6.100.000 Rp. - Rp. -

Menang besar

Saham Persiba Tidak Dijual Terbuka

Dalam uji coba pertama yang digelar di Stadion Sultan Agung, Persiba berhasil memporakporandakan tim Melati Muda dengan 12 gol tanpa balas. Pemain baru dari Persebaya Surabaya tampil mengesankan dengan lima gol yang diborongnya. Selanjutnya gelontoran gol demi gol pun tercipta melalui Arnaldo Vilalba, Johan Manaji, Busari dan Heru.

Heading H1

Heading H2

Heading H3

Heading H4

Heading H5

Meski begitu pelatih tim, Sajuri Sjahid belum bisa menggaransi, khususnya pemain seleksi untuk dapat masuk dalam skuat timnya. “Itu belum cukup bukti. Masih ada rangkaian agenda untuk mereka menunjukkan bakat dan talenta yang memadai,” ujar pelatih berlisensi B nasional itu.(Harian Jogja/Arif Wahyu)

Persiba Lirik Christian Gonzalez

Meski belum sah menjadi perseroan terbatas (PT), Persiba tetap percaya diri. Tak hanya yakin bisa terus bermain di Indonesian Super League (ISL), kini klub kebanggaan Bantul itu melirik Christian Gonzalez atau El Loco.

Hal ini mantap diutarakan oleh salah satu komisaris penanam saham pertama Persiba Hanung Raharjo. Dalam kunjungannya ke Kota Kembang selama tiga hari, rencananya Hanung akan menyambangi markas Persib Bandung.

Hanung bakal mengutarakan minatnya dalam menggaet sang top score Liga Indonesia empat musim berturut-turut itu. "Ya sebatas mengutarakan minat kan wajar dan tidak ada salahnya kan. Siapa tahu saja dia sudah bosan untuk bergabung dengan Persib. Apapun kan bisa saja terjadi meski kita baru saja promosi ke kasta profesional,” ujar Hanung, yang akan bertolak ke Bandung hari ini, Rabu (10/8).

Sementara itu kabar mengenai kembalinya top scorer Divisi Utama musim lalu, Fortune Udo sudah santer terdengar. Bomber asal Nigeria yang selama dua minggu ini menyatakan mengundurkan diri dari tim diisukan ingin merapat kembali ke skuat tim Laskar Sultan Agung (julukan Persiba).

Mengenai adanya rumor tersebut, sekretaris tim yang bakal menjabat sebagai Direktur Utama PT. Perserikatan Sepak Bola Indonesia Bantul memberikan pembenaran terkait itu. Menurut Wikan belum ada kejelasan dari Udo untuk menaruh minat kembali ke tim Kota Bantul itu.

"Informasi terakhir yang saya dapatkan darinya hanya menyatakan bahwa ia tetap akan mencoba bermain di klub yang baru itu. Andai saja tidak kerasan, dirinya akan kembali bermain di Indonesia, dan opsi pertama yang akan dipilihnya adalah bermain lagi di Bantul,” jelas Wikan saat dimintai konfirmasi oleh Harian Jogja, Selasa (9/8).

Terkait proses menjadi perseroan terbatas (PT) saat ini Persiba masih dalam masa penantian. Dalam bentuk PT tersebut nantinya tim benar-benar mengandalkan penjualan saham untuk menopang finansial tim.

"Saya kira kami sudah layak menjadi sebuah PT mengingat syarat utama pendiriannya harus memiliki dana minimal Rp50 juta, sedang kami sudah terkumpul Rp100 juta. Dan 25 persen modal awal telah siap kami setor,” ujarnya.

Ke depannya PT yang akan secara resmi berdiri tersebut akan bergerak di bidang jasa pesepakbolaan. Sebagai proyeksi awal setelah PT berdiri mungkin akan dilakukan pembentukan sekolah sepak bola profesional yang pengelolaannya akan dilakukan secara intensif.(Harian Jogja/Arif Wahyu)

PSS Belum Siap Dengan Regulasi PSSI

Pelatih PSS Sleman, M Basri menyebut klubnya belum siap untuk menjalankan regulasi seperti yang disyaratkan Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) agar bisa bermain di kasta profesional.

Menurut pelatih berusia 68 tahun tersebut keputusan PSSI itu soal pembentukan klub ke perseroan terbatas bukan perkara yang mudah. "Pembentukan PT itu bukan perkara mudah untuk sebuah klub sepak bola dan kami belum siap menjalankan regulasi dengan waktu yang sangat singkat seperti ini,” ujarnya pada Harian Jogja, Selasa (9/8).

Hal yang lebih ironis lagi menurut Basri adalah kewajiban setiap klub untuk menyetor dana yang besarnya antara Rp2 miliar–Rp5 miliar kepada Badan Liga Indonesia (BLI). Untuk membiayai operasional intern klub saja sebuah klub sudah sangat kesulitan, apalagi masih harus dibebani harus menyetor dana ke BLI.

"Bagaimana operasional klub akan berjalan dengan regulasi seperti itu. Apalagi persiapannya sangat mepet, sedangkan pembentukan PT dan sebagainya itu kan memerlukan waktu yang sangat panjang,” tandas pelatih berlisensi A AFC itu.

Lebih lanjut menurutnya bahwa bentuk PT semacam ini pernah diberlakukan kepada klub sejak tahun 1980-an. Saat itu syarat klub harus punya PT. Tapi regulasi semacam itu tidak dapat terlaksana. Apalagi dengan regulasi seperti sekarang ini yang ditambah dengan kewajiban menyetor dana tadi. "Harusnya PSSI meninjau ulang kebijakan semacam ini,” ujarnya.

Sementara itu manajer operasional tim PSS Sleman, Rumadi menjelaskan bahwa proses untuk menjadi sebuah PT sedang dalam proses. "Kami tetap ikuti aturan main yang diberlakukan PSSI. Perkara nanti hasilnya seperti apa kami juga belum tahu. Semoga saja regulasi semacam ini dapat berjalan positif nantinya,” ungkap Rumadi.

Pihaknya juga merasa optimistis PSS bakal lolos verifikasi karena memenuhi kelima unsur yang dipersyaratkan PSSI. Disinggung mengenai rencana permergeran dengan salah satu klub Liga Primer Indonesia (LPI) yang ada di Jogja Rumadi hanya tersenyum.

“Kita lihat saja perkembangannya nanti seperti apa, kalau saat ini inginnya kami ya berdiri sendiri," pungkasnya.(Harian Jogja/Arif Wahyu)

Dana Sulit, PSIM Pasrah

Tekad PSIM Jogja untuk dapat bertahan dalam kompetisi profesional mendatang bakal sulit terealisasikan. Dalam pertemuan dengan jajaran manajemen yang digelar Senin (8/8) belum ada titik terang untuk memantapkan komitmen tetap bermain di tingkat profesional.

Kepada Harian Jogja, Selasa (9/8) manajer tim PSIM, Hans Purwanto menjelaskan bahwa PSIM tampaknya tetap kesulitan jika ingin memaksakan langkah untuk dapat berada di kompetisi profesional.

"Sekarang dana dari mana untuk dapat bertahan di kompetisi profesional? Kami harus punya dana dana untuk deposit menjalani kompetisi sebesar Rp2 miliar. 25 persen dari angka itu harus ada. Jadi tampaknya tidak mungkin,” ungkap Hans.

Permasalahannya lagi adalah terkait pembentukan perseroan terbatas (PT). Namun pembentukan PT dirasa tidak begitu masalah olehnya. Jika pun dapat mengupayakan dana sebesar Rp2 miliar untuk deposit, pihaknya masih harus dipusingkan dengan upaya mencari dana tambahan sebagai dana untuk menjalani kompetisi.

"Efektif berarti kita harus memiliki dana minimal Rp7 miliar. Untuk deposit Rp2 miliar dan Rp5 miliar untuk menjalani kompetisi. Bukannya pesimistis, tapi memang sangat sulit,” tandasnya.

Maka dari itu langkah yang ditempuhnya dalam pertemuan manajemen tersebut untuk sementara yang lebih efektif adalah fokus untuk berkompetisi di tingkat amatir. Adapun skuat tim yang ada akan dipertahankan untuk membela tim dalam kompetisi ini.

Di sisi lain meski manajer tim, Hans Purwanto sudah pasrah mengenai kompetisi yang akan dijalani PSIM. Meski demikian rasa optimistisme masih ditunjukkan oleh Ketua Dewan Pembina PSIM, Hariadi Suyuti. Ia masih harus menunggu hasil olah verifikasi yang akan dilakukan oleh PSSI nanti.

Untuk itulah dalam pertemuan yang sama pula pihaknya tetap membentuk kepanitiaan kecil yang nantinya bertugas untuk mempersiapkan segala proses verifikasi yang akan dilakukan terhadap PSIM. "Kami tetap menunggu hasil verifikasi PSSI nantinya. Dan menurut saya masih ada harapan untuk PSIM dapat bermain di kancah profesional,” tegasnya.(Harian Jogja/Arif Wahyu)

PSS Siap Diverifikasi

Manajer PSS Sleman, Rumadi, menyatakan timnya siap untuk diverifikasi terkait kompetisi yang akan membagi klub menjadi dua, yakni profesional dan amatir.

Dalam penjelasannya ketika diwawancarai Harian Jogja, di Stadion Maguwoharjo, saat latihan perdana tim, Senin (8/8), ia mengatakan bahwa sejauh ini pihaknya tetap optimistis bahwa Elang Jawa [julukan PSS] bakal lolos verifikasi klub yang akan dilakukan oleh Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI).

"Kami selalu optimistis dengan apa yang telah kami lakukan. Termasuk dalam hal format kompetisi hingga verifikasi klub seperti ini. Meskipun dengan berat hati atas keputusan seperti ini tapi kami tetap mengikutinya. Dan dengan sangat yakin saya katakan PSS bakal lolos verifikasi,” ujarnya.

Rasa optimistisnya tersebut sangat beralasan karena lima aspek yang dipersyaratkan PSSI kepada klub-klub yang akan diverifikasi sudah dimiliki oleh tim kebanggaan Kota Sembada ini.

"Jadi tidak ada alasan untuk kami takut diverifikasi oleh PSSI," tegasnya. Rumadi juga menjelaskan bahwa keputusan PSSI itu pada intinya baik, hanya saja permasalahannya nantinya dapat diterapkan dengan konsisten atau tidak. Menurutnya verifikasi semacam ini pernah dilakukan oleh PSSI pada 2008.

"Ya memang baik sebenarnya tujuannya, memang sudah saatnyaPSSI mengalami evolusi sekaligus revolusi seperti ini. Semoga saja ke depannya tetap baik, karena menerapkan format format baru seperti ini membutuhkan waktu yang tidak singkat,” pungkasnya.

Sementara itu, setelah mengalami masa libur delapan hari akhirnya sejumlah pemain pun kembali melakukan latihan. Dalam kesempatan itu pelatih tim, M. Basri menjelaskan bahwa meskipun dalam suasana puasa anak asuhnya harus tetap melakukan latihan. "Mungkin dalam hari pertama seperti ini, kecapekan dan lemas masih terasa, tapi nanti kalau sudah seminggu berjalan saya yakin anak-anak sudah terbiasa,” ujarnya. Latihan tersebut diikuti oleh empat orang pemain baru yang berasal dari Manokwari.(Harian Jogja/Arif Wahyu)

Dewan: Anggaran Persiba Tak Layak

Usulan anggaran bagi Persiba Bantul dinilai tidak layak, menyusul klarifikasi yang dilakukan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) ke tim anggaran pendapatan daerah (TAPD), kemarin siang.

”Dari proposal Persiba Rp9 miliar dan disetujui Rp4,5 miliar. Tapi anggaran pendidikan dari permintaan Rp1,5 miliar hanya Rp500 juta saja, sedangkan bantuan kesehatan Rp300 juta. Ini sangat jomplang sekali,” kata dia Wakil Ketua DPRD Bantul Arif Haryanto, Senin (8/8).

Menurut dia, dari hasil klarifikasi tersebut, anggaran tersebut dinilai tidak relevan dari anggaran lainnya. Oleh karena itu, kata Arif untuk memperoleh kesepakatan itu, pihaknya tadi malam masih melakukan pembahasan dengan fraksinya, Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Selasa ini, lanjutnya, akan dilakukan penandatanganan melalui paripurna. ”Tentunya semuanya nanti akan menyampaikan pandangannya,” urai Arif.

LSM menolak
Sementara itu empat lembaga anti korupsi di Kabupaten Bantul menolak rencana Bupati melakukan penambahan anggaran untuk Persiba Bantul sebesar Rp4,5 miliar dan pos anggaran KONI sebesar Rp4,8 miliar.

Empat lembaga itu adalah Masayarakat Transparasi Bantul (MTB), Gerakan Rakyat Bantul Berantas Korupsi(Gebrak), Bantul Coruption Watch (BCW), dan Perempuan Penggerak Ekonomi Rakyat (Pukat).

Penolakan itu disampaikan melalui surat keberatan yang dilayangkan ke DPRD Bantul, Senin(8/8) yang isinya lebih kurang sama.

Ketua MTB Endang Maryati mengatakan, dalam APBD Perubahan 2011 yang telah disampaikan Bupati tentang hibah Komite Olahraga Nasional Indonedia (KONI) sebesar Rp4,8 miliar yang dialokasikan sebesar Rp4,5 miliar untuk Persiba dinilai pemborosan.

Padahal menurut dia masih banyak kebutuhan mendesak untuk rakyat Bantul daripada sebuah klub sepak bola. Di antaranya adalah pemenuhan di bidang kesehatan, pendidikan, pemberdayaan usah kecil menengah dan perbaikan fasilitas public lainnya.

“Seharusnya pemenuhan kepentingan yang dapat menyentuh langsung dan dirasakan oleh masyarakat menjadi prioritas utama, bukanya malah untuk kepetingan sepak bola. Ini betul- betul pemborosan,” imbuh mereka.

Menurut Endang anggaran untuk klub sepakbola itu sudah tidak wajar dari semenjak pengalokasikan anggaran pada APBD Murni sebesar Rp8 miliar.

”Padahal mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No.22/2011 mengenai larangan APBD untuk sepakbola profesional, seharusnya dapat dipahami anggota Dewan bahwa kebutuhan kesejahteraan masyarakat lebih didahulukan,” kata dia.

Pemaksaan penambahan sebesar Rp4,5 miliar ke Persiba, lanjutnya, akan rawan terjadi korupsi politik. ”Dan muncul kesan eksekutif dan legislatif bancakan anggaran dengan menghambur-hamburkan APBD untuk sepak bola sebelum larangan Permendagri berlaku efektif pada 2012 mendatang.”

Selain itu, pihaknya juga khawatir jika dana itu dipaksakan akan menjadi catatan dari BPK. “Kami khawatir hal ini akan menjadi temuan Badan Pemeriksa Keungan (BPK) sebagai sebuah pelanggaran sebagaimana kasus yang menimpa anggota DPRD Gunungkidul yang kini menjadi tersangka," katanya.

Sebelumnya,Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul bersi kukuh memposisikan Persiba sebagai 'anak emas' dengan mengajukan usulan anggaran Rp4,5 miliar, pada APBD Perubahan.

Dana tersebut dianggarkan melalui hibah kepada KONI dengan rincian Rp4,5 miliar untuk Pengurus Cabang Persatuan Seluruh Sepakbola Indonesia (PSSI).

Ida, sapaan akrab Sri Suryawidati menyatakan, anggaran Pengurus Cabang PSSI yang dimaksud adalah untuk membiayai Persiba. "Ya [untuk Persiba], memang dianggarkan sebesar itu,” jelas dia beberapa waktu lalu.(Harian Jogja/Andreas Tri Pamungkas)

Persiba Bantul Inventarisasi Perusahaan Lokal

Persiba Bantul saat ini sedang melakukan inventarisasi perusahaan-perusahaan lokal yang siap menjadi sponsor dalam Liga Super Indonesia (LSI) mendatang. Dana sponsor dari perusahaan lokal ini diproyeksikan untuk menambah dana dari sponsor perusahaan nasional.

“Ini sedang kami inventarisasi, tapi perusahaan nasional yang tetap diutamakan. Jadi, nanti perusahaan lokal itu untuk menambah kalau dana dari sponsor perusahaan nasional kurang. Soalnya perusahaan-perusahaan nasional masih dalam taraf negosiasi,” kata Bendahara Persiba, Yulianto kepada KR, Minggu (7/8).

Di samping menambah dana, tujuan pencarian sponsor lokal adalah untuk pembinaan olahraga dan sebagai media pengenalan perusahaan lokal ke masyarakat. “Agar hubungan antara pecinta sepakbola dengan perusahaan lebih baik. Selain itu, perusahaan lokal agar lebih dikenal,” ujarnya.

Mengenai dana yang dibutuhkan musim mendatang, manajemen belum bisa memastikan. Karena masih menunggu hasil verifikasi yang akan dilakukan PSSI.

“Kami masih menunggu pengumuman dari PSSI. Kalau nanti satu grup, diperkirakan kami membutuhkan anggaran sekitar Rp 15 miliar - Rp 17 miliar. Tapi kalau dibagi menjadi dua grup, kami butuh dana sekitar Rp 11 miliar - Rp 12 miliar. Perbedaan anggaran hanya soal biaya akomodasi, sedangkan kontrak pemain dan lainnya tidak pengaruh,” ungkapnya.

Sementara itu sekretaris Persiba, Wikan Werdo Kisworo mengaku telah menghubungi 13 pemain yang direkomendasi pelatih untuk dipertahankan. “Mereka diminta datang pada 10 Agustus untuk mulai menjalani latihan di Stadion Sultan Agung,” katanya.

Pemain yang dipertahankan antara lain Wahyu Tri Nugroho, Agus Marwanto (kiper), Ahmad Taufik, Wahyu Wijiastanto, Nopendi, Slamet Widodo (belakang), Slamet Nur Cahyo, Arwin, Busari, Johan Manaji, Xys Roeroe (tengah), Ugik Sugiyanto, Ezequiel Gonzales (depan). Sedangkan Seto Nurdiyantara diproyeksikan menjadi asisten pelatih, tidak merangkap sebagai pemain lagi.

Selain Xys, semua pemain itu masih terikat kontrak dengan Persiba sampai akhir Agustus ini. Sedang Xys sudah habis masa kontraknya. “Xys yang saat ini berada di Manado, masih menunggu perkembangan untuk datang ke Bantul. Sedangkan yang lain memang harus memenuhi panggilan ini karena masih terikat kontrak. Namun beberapa pemain minta izin datang terlambat,” ujar Wikan. (jan/kr)

Real Mataram Optimistis Lolos Verifikasi

Manajer Real Mataram optimistis lolos verifikasi klub yang digelar PSSI 23 Agustus mendatang. Manager Real, Bangun Bawono menyatakan keyakinannya.

“Saya yakin klub ini akan lolos verifikasi PSSI. Kami hampir sepenuhnya memenuhi lima elemen dasar yang digariskan dalam syarat verifikasi,” ujar Bangun yang baru tiga bulan menukangi Real Mataram ini, Minggu (7/8).

Sampai sejauh ini kata Bangun, satu kelemahan yang masih ada di tubuh Real adalah aspek supporting. Aspek tersebut menyatakan berapa besar dukungan penonton terhadap klub.

Meski begitu, Bangun yakin aspek tersebut akan terpenuhi seiring berjalannya waktu. Langkah yang diambil Real, cukup simpel, yakni berusaha mendatangkan sejumlah pemain bintang untuk menarik animo masyarakat, termasuk niatan memboyong kiper Timnas Latvia.

“Jika problemnya hanya itu saya yakin akan terpecahkan. Dan itu butuh waktu yang tidak sebentar,” tandasnya. Sebelumnya CEO Real Mataram Erik Pujoadi menjelaskan secara garis besar, ada dua format kompetisi dalam liga yang akan bergulir 14 Oktober mendatang.

"Ada yang profesional dan amatir," sebut Erik. Sebagai pembeda antara tim profesional dan amatir, ada lima aspek penilaian sesuai standardisasi AFC.

Erik menegaskan saat ini PSSI memandang Superliga dan LPI setara. Tim-tim yang berkompetisi di keduanya dianggap profesional. "Sehingga mereka juga harus mengikuti persyaratan yang diajukan AFC dan PSSI," imbuhnya. Dari lima aspek itu, tahun ini PSSI mengedepankan kedua aspek yang mereka anggap paling penting, yakni keuangan dan legalitas. "Dua hal itu yang terpenting. Nanti setiap klub harus jelas dua aspek ini," tambahnya.(Harian Jogja/Arif Wahyu)

PSIM Tolak Bergabung LPI

PSIM Jogja bersama dengan sejumlah tim di level kompetisi Divisi Utama dan Indonesian Super League (ISL) kembali menegaskan menolak merger dengan tim ISL di kompetisi mendatang.

Langkah ini dilakukan menyusul adanya sinyalemen dorongan agar melakukan merger saat digelarnya Workshop Assesment Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) dan Konfederasi Sepak bola Asia (AFC), Rabu (3/8) di Jakarta akhirnya terjawab sudah.

"Kami telah bersepakat dengan sejumlah tim baik ISL maupun Divisi Utama menolak untuk bergabung dengan tim LPI. Kami melihat adanya beberapa kriteria yang diajukan dalam acara itu memang diset agar kami mau disejajarkan dengan LPI,” kata Sekretaris Jenderal PSIM, Desi Afrianto, di wisma PSIM, Kamis (4/8).

Desi yang hadir dalam pertemuan itu mengungkapkan beberapa kriteria yang diajukan memang cukup berat tidak hanya bagi tim ISL namun juga Divisi Utama. Dibandingkan dengan kompetisi kasta tertinggi ISL, jumlah deposit yang harus ditanggung peserta kompetisi kasta kedua ini hanya sebesar Rp2 miliar.

"Permasalahnya bukan hanya Rp2 miliar itu. Namun kami juga memikirkan seperti apa model kompetisi kedepan. Meski kami akan mendapatkan deviden atas saham tersebut, namun kami juga masih akan menanggung beberapa konsekuensi lainnnya. Terus terang kami mengajukan agar Divisi Utama dirubah menjadi amatir,” terang Desi.

Desi memaparkan salah satu alasan perubahan tingkat dari mengikuti kompetisi profesional ke amatir selain didorong mengenai kendala finansial juga terkait dengan permasalahan lain. Diakui Desi beban yang tak kalah berat selain beban deposit adalah masalah kontrak pemain.

Didalam persyaratan yang menyebutkan harus ada payung hukum, finansial, infrastruktur, personel dan sporting itu disebutkan jika kontrak pemain harus tiga tahun.

Sementara mengenai share deviden yang diajukan akan mengacu pada peringkat akhir di masing-masing kompetisi.
"Banyak permasalahan yang harus dipikirkan lebih lanjut. Kalau kami ditanya masalah badan hukum, PSIM tidak ada masalah karena sudah berbadan hukum berupa yayasan,” ucapnya.(Harian Jogja/Jumali)