Spartacks Fans Club Suporter Fanatik Semen Padang

www.padang-today.com-Di ujung kompetisi, Semen Padang (SP) FC menduduki peringkat empat. Dengan skuad tiada bintang, SP membutuhkan “nyawa” lain untuk bertahan dari satu pertandingan ke pertandingan lain. Klub yang bermarkas di Indarung itu mendapatkannya dalam bentuk dukungan suporter fanatik, Spartacks.

Meski baru berusia setahun, militansi mereka hampir tak tertandingi. Dari Sabang sampai Merauke, mereka ada. Jiwa spartan yang melandasi dalam nama komunitas ini benar-benar diwujudkan. (www.padang-today.com)

Awalnya, mereka ini hanyalah penonton biasa. Tapi, melihat SP yang kurang dukungan, mereka mencoba memberanikan diri untuk membentuk klub pendukung tim.

Bonario, pendiri Spartack bercerita, hanya di Sumbar pendukung sebuah tim tidak bergema. Sedangkan di daerah lain, semisal Surabaya, sangat terkenal dengan fanatismenya terhadap klub. Loyalitas terhadap Sumbar pun muncul. Klub profesional seperti Semen Padang FC bisa menjadi alasan karena sedang menanjak di divisi utama dan akan lolos ke ISL.

Beranjak dari itu, rekan-rekan pun sepakat untuk mendirikan sebuah kelompok suporter. Kesepakatan terbentuk. Tekad ingin membuktikan bahwa orang Minang juga bisa seperti suporter-suporter yang ada di Jawa.

Berkat kerja keras Bonario dan Rahmat “Dedek” Istiqlal (mahasiswa UPI Bandung) ini jugalah semangat dan rasa penasaran untuk mendukung pasukan Indarung lahir, menjadi suatu kelompok suporter yang kini dikenal dengan nama Spartacks. Tepat pada 18 Mei 2010, Spartacks dan kepengurusannya resmi terbentuk.

Cita-cita mereka sederhana: di mana pun tim urang awak main, mereka harus merasa main di rumah sendiri. Hal itu tentunya tidak segampang membalik telapak tangan.

Sejak awal berdiri, berbagai rintangan pun terus dihadapi untuk mengepakkan sayap di berbagai belahan penjuru Padang, Sumbar bahkan ke berbagai sudut negeri di tanah air. “Hanya saja kami tidak begitu mudah putus asa,” tutur pria asal Solok itu.

Berbekal pergaulan, Spartacks pun berhasil membentuk berbagai korong (perwakilan) di berbagai daerah di Padang seperti Korong Pauh, Kototangah, Pegambiran dan lain sebagainya dengan jumlah anggota yang baru ratusan orang.

Tak puas dengan itu, petinggi Spartacks pun langsung mengambil inisiatif memperlebar Korong hingga ke tingkat provinsi. Berkat kerja keras dan motivasi yang tinggi, akhirnya mereka pun sukses membentuk perpanjangan tangannya di berbagai daerah seperti Padangpariaman, Solok, Bukittinggi, Payakumbuh, Batusangkar, Pasaman, Sawahlunto, Sijunjung dan Pasaman Barat.

Kala itu pendukung Spartacks sudah mencapai 1.500 orang. Jumlah tersebut terbilang cukup lumayan untuk memberikan dukungan saat Ellie Aiboy dkk melakoni laga kandang. “Jumlah tersebut belum membuat kami merasa puas. Dedek berinisiatif untuk buka korong ke luar Sumbar,” tutur mahasiswa itu.

Tak sampai di situ, Dedek pun menjalin koordinasi dengan orang Minang di perantauan. Kerja keras aktivis di salah satu perguruan tinggi di Bandung itu sukses besar. Hanya bermodalkan keuletan, ketekunan dan kekompakan. Satu persatu simpatisan pun mulai tertarik. Sejak itu, kepercayaan masyarakat Minang di Sumbar ataupun di perantauan mulai tumbuh.

Satu per satu jorong pun terbentuk. Pekanbaru jadi sasaran perdana. Jaringan pun meluas menjelajahi kota-kota besar lainnya seperti Medan, Palembang, Lampung, Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Cimahi, Bandung, Sumedang, Solo, Yogyakarta, Semarang, Malang, Surabaya, Bojonegoro, Balikpapan dan Makassar.

Kini jumlah anggota Spartacks se-Indonesia telah mencapai lebih kurang 3.000 orang. Latar belakang anggotanya berasal dari berbagai lapisan. Mulai dari kalangan remaja, pelajar hingga wiraswasta ikut menyatukan suara. Bahkan dalam menjalankan aksinya, kebersamaan dan gotong royong selalu menjadi ciri khas mereka.

Kecintaan dan keseriusan dapat dilihat lagi saat anak asuh Nil Maizar bertandang ke markas Sriwijaya FC pada 6 Febuari 2011. Seminggu sebelum David Pagbe cs melakoni laganya, Spartan (panggilan untuk anggota Spartack) telah berkoordinasi dengan jorongnya di kota mpek-mpek.

Bahkan, Spartan di Sumbar pun rela patungan biaya transportasi hanya untuk memberikan dukungan langsung terhadap tim kesayangannya. “Melawan Sriwijaya, kami patungan. Semua anggota iuran sekitar Rp30 ribu per orang untuk datang ke Jakabaring. Meski SP menelan kekalahan telak 5-0,” ujar seorang Spartan Dio Alvin.

Kerja keras dan semangatnya memang patut dihargai. Tak salah jika fanatisme ini, mendapat apresiasi sebagai suporter terbaik untuk wilayah Sumatera dari Aliansi Supporter Indonesia (ASI). Penghargaan diserahkan Sekjen ASI, Arista budiyono di Jakarta, 11 Febuari 2011. Penghargaan itu sekaligus menjadi penghargaan perdana, di usianya yang relatif muda, yakni sembilan bulan.

“Kami bangga bangga dengan apresiasi itu. Bayangkan, baru berumur satu tahun kami sudah dapat penghargaan dari ASI,” sebut Pembina Rantau Spartacks Surya Goti.

Spartacks tercatat paling konsisten mendukung tim kesayangan mereka baik di kandang maupun di tandang. Kerja keras seperti ini pantas diacungkan jempol. Kendati hanya berbekal dengan sekretariat yang apa adanya mereka mampu mempertahankan nasionalisnya terhadap Kabau Sirah. Layak jika mereka disebut pemain kedua belas. Kendati mereka hanya berjuang dengan menyumbangkan suaranya, namun cukup membakar nyali Edward Wilson Junior cs untuk meraih poin penuh.

Mereka berjuang tak kenal hujan dan panas. Tetap setia memberikan dukungan di manapun SP berada. “Kami akan terus berupaya untuk mengga lang dukungan kepada Semen Padang kapan dan di mana pun. Untuk itu, kami terus mencari orang-orang yang mau memberikan dukungannya untuk Kabau Sirah, terutama saat menjalani laga di ISL ini,” kata Panglima Besar Spartacks Rahmad “Dedek” Istiqlal. (zulkarnaini)
Advertisement
Share article :
Pin It
thumbnail
Judul: Spartacks Fans Club Suporter Fanatik Semen Padang
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh